ADAPTASI
DAN DIFERENSIASI PELAJARAN BAHASA JAWA di SLB
Sekolah
luar biasa merupakan bagian dari lembaga pendidikan yang mampu mewadahi dan
menyelenggarakan pendidikan secara khusus untuk anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus. Sekolah Luar Biasa menyelenggarakan pendidikan untuk peserta
didik dengan kebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu dan tunawicara,
tunadaksa, tunalaras, tunaganda dan anak ter belakangan. Struktur kurikulum SLB
mengacu pada struktur kurikulum SD/MI, SMP/Mts dan SMA/MA yang disesuaikan
untuk peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual.
Penyesuaian struktur kurikulum dimaksud dilakukan terhadap keterampilan
fungsional dan mata pelajaran yang menunjang kebutuhan tersebut.
Metode
pengajaran harus disesuaikan dengan keterbatasan yang dimiliki oleh anak
berkebutuhan khusus. Adaptasi pembelajaran di SLB melibatkan penggunaan
pendekatan, materi, dan teknik pengajaran yang disesuaikan dengan kemampuan,
gaya belajar, dan kebutuhan individu setiap siswa, meliputi penggunaan metode
pembelajaran yang beragam, penyediaan bantuan atau modifikasi dalam tugas serta
alat bantu atau teknologi yang mendukung. Disinilah letak penyesuain dan penerapan
pembelajaran diferensiasi karena setiap siswa memiliki kebutuhan yang unik. Diferensiasi
pembelajaran bukan lagi hal baru di SLB, dimana sudah menjadi bagian integral
dari pendidikan di SLB. Prinsip inilah yang mendasari bahwa setiap siswa
memiliki kebutuhan yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang disesuaikan. Hal
Ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung bagi
semua siswa di SLB.
Berbeda
dengan sekolah regular (umum) yang pembelajarannya bersifat akademik
fungsional, pembelajaran di SLB lebih ditekankan pada kemandirian dan
ketrampilan hidup (life skills) sesuai kebutuhan dan kemampuan mereka. Tak
terkecuali mata pelajaran bahasa Jawa. Materi pembelajaran disesuaikan dengan
kemampuan setiap individu. Padahal bahasa Jawa merupakan mata pelajaran yang
wajib dikuasai siswa dan notabennya sebagai bahasa ibu.
Materi
Kurikulum Muatan Lokal bahasa Jawa di Sekolah Umum harus menyeleseikan Capaian
Pembelajaran dari kurikulum. Peserta didik dari sekolah umum dapat mengikuti
dan mentaati aturan Muatan Lokal bahasa jawa sehingga setiap tujuan
pembelajaran dapat direalisasikan. Berbeda dengan peserta didik di sekolah luar biasa. Sekolah luar biasa
terdiri dari berbagai karakteristik anak seperti anak tunagrahita, tunanetra,
dan tunarungu. Hal ini menjadi kendala bagi tenaga pendidik untuk dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu aturan Muatan
Lokal Bahasa Jawa di Sekolah Luar Biasa tidak mengejar target capaian
pembelajaran namun disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.
Tenaga
Pendidik dalam menerapkan kurikulum muatan lokal bahasa jawa di Sekolah Luar
Biasa, perlu melakukan adaptasi agar
tujuan pembelajaran tetap tercapai dan sesuai kemampuan peserta didik. Adapun
cara adaptasi tenaga pendidik dapat dilakukan
dengan analisis kebutuhan awal serta memahami kebutuhan masing masing peserta
didik guna tercipta tujuan pembelajaran dengan paradigma baru dan
berdiferensiasi. Hal ini sesuai dengan aturan Keputusan Menteri Pendidikan
Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang
pedoman pemulihan kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran diperlukan
penyusunan capaian pembelajaran muatan lokal pada bahasa Jawa guna mendukung
implementasi kurikulum merdeka dengan penerapan pembelajaran paradigma baru dan
berdiferensiasi.